Bismillahirrahmanirrahim..
Saya, mahasiswa awam. Mau menelisik sedikit tentang kemahasiswaan. Tapi bingung, dari mana ya mulainya...
Kalau gitu kita flashback aja.
Sejak minggu lalu, saya yang masih awam ini ikut kaderisasi himpunan. Nah, salah satu tugas ospeknya adalah baca AD/ART KM ITB. Lalu saya baca kertas2 berisikan AD/ART tsb. Banyak banget dah, walau ga sebanyak Undang-Undang sih... baca, baca, baca,,, eh, nemu pasal yang intinya adalah staf kabinet adalah anggota biasa KM-ITB. Di pasal jauh sebelumnya, dijelaskan bahwa anggota biasa KM-ITB adalah mahasiswa yang telah genap satu tahun belajar i ITB. Mulailah pertanyaan saya muncul... berarti mahasiswa Tahap Persiapan Bersama atau TPB ga boleh jadi staf dong? Kan TPB masih anggota muda, belum 1 tahun ada di ITB. Tapi kabinet kemarin saya ikut tuh. Atau berati saya selama berapa bulan ke belakang bukan staf ya di kabinet? Lalu saya dan teman2 TPB yg berada di kabinet siapa? Magang? Pembantu umum? Penggembira?
Kalau memang ada yg bilang kami staf, tidak ada magang, maka tidak seharusnya ada oprec untuk TPB. Kalau kami magang, harusnya tidak perlu daftar ulang saat kabinet berganti, harusnya yg magang inilah yg melanjutkan. Tapi nyatanya, saat presiden berganti, staf turun-temurunnya pun berganti. Memang tidak seutuhnya sih...tapi yg baru masuk apakah magang lagi, atau menyesuaikan saja. Haduh, saya jadi bingung. Kalu kami dibilang magang, maka sepatutnya ada senior yang kami bantu tugasnya. Harap digarisbawahi, kami MEMBANTU, bukan tugasnya kami kerjakan seluruhnya dan mereka hanya mengawasi. Magang tu ibarat kata asisten dokterlah ya... yang cuma liat, ga boleh pegang. Itu ibaratnya. Sedangkan saya dan beberapa teman merasakan, kurang adanya penurunan nilai. Saya sendiri merasakan, tidak ada senior yang benar-benar mengajarkan tata cara menulis surat yang benar misalnya. Saya merasa saya yang mengerjakannya kembali dari nol. Ya maklum sih, bidang saya memang kekurangan anggota. Lalu dari hal tsb, bisakah saya disebut masih magang? Bahkan ada kementrian yang 2009 dgn 2010nya tidak saling kenal. Nah lho? Bagaimana ada proses magang jika kenal saja tidak.... membingungkan.
Jadi, kami siapa?
Itu konflik batin yang saya rasakan selama TPB sebenarnya. Kami siapa? Saya siapa di KELUARGA MAHASISWA ini? Siapa? Anggota muda? Tapi amat jarang sekali anggota tua yang peduli sama kami yang baru-baru ini. Kalau mau ikut sesuatu malah dibilang, “Ah,,, TPB mah lulus aja dulu... belajar aja dulu...” Ingin nangis rasanya kalau dibilang bgt. Kami mungkin hanya ingin belajar, bergerak dari sekarang. Kami mungkin sudah mencoba proaktif, tapi entah rasanya, ada barrier kuat yang menghalangi kami untuk mengetahui dunia kampus. Ditambah-tambah status TPB yang tidak punya lembaga dan masih anak bawang dan dianggap dalam masa kaderisasi awal. Mungkin saya bisa bilang, saya termasuk anak TPB yang beruntung. Karena bisa belajar banyak di unit dan kabinet, saya cukup kenal lah sama kampus ini... tapi kalau lagi merenung sebagai anak TPB biasa, saya sedih. Rasanya, masa TPB itu ya dihabiskan sama buku dan ujian. Padahal katanya mahasiswa, tapi ga tau pergerakan bangsa. Itukah mahasiswa?
Haduh, berbelit ya...
Sebagai contoh kecil saja nih... Saya dan teman-teman sedang mengerjakan tugas di CC barat. Lalu saya menyapa seorang anggota kabinet. “Sapa tuh ki?”, tanya seorang teman. “Anak kabinet”. “Ooh..ngapain di situ?” gubrak....teman saya ini ga tau kalau sekre kabinet ada di CC barat lantai 2. Ya inilah realitanya, banyak anggota KM-ITB yang bahkan sekedar sekre KM pun mereka ga tau. Ga cuma anak TPB ya, anak tingkat atas pun ada yang ga tau lho.
Dan inilah realitanya...
Saat wakil mahasiswa berkoar-koar mengajukan aspirasinya diluar kepada wakil rakyat, sudahkah mereka menampung aspirasi massa kampus? Dengan realita banyak massa yang bahkan tempat untuk menyampaikan aspirasinya saja tidak tahu. Mungkin terlihat tak acuh, tapi mungkin juga karena tak tahu kemana pendapat besar mrk itu harus disampaikan bukan? Mungkin juga karena tak tahu darimana kami harus mendapat informasi tsb. Mendapat dan memberi inspirasi, kemana?
Ya,, ini ocehan saya yang masih TPB ya, yang GA PUNYA LEMBAGA. Jadi luntang-lantung begitu aja. Punya unit sih, tapi toh unit ga punya suara di Kongres. Ngerti sedikit-sedikit sih, tapi toh pada akhirnya anggota muda ga punya hak pilih dan hak jadi staf kabinet. Jadi harusnya, penurunan nilai selama satu tahun di kampus ini, siapa yang melakukan??? Kalau di AD/ART sih tulisannya anggota biasa. Lalu, siapa yang merasa jadi anggota biasa??? Yang dengan senang hati mau membina anak2 bau kencur spt saya???
Padahal ya,,, satu tahun awal inilah seorang mahasiswa dibentuk. Perilaku hanya bisa diubah saat ia masih baru(kata dosen). Di satu tahun inilah yang paling baik mahasiswa belajar tentang dunia kampus secara menyeluruh. Satu tahun ini waktu paling luang bg mahasiwa untuk mencoba mengerti pergerakan,contohnya dgn ikut oraganisasi, karena pelajaran kuliahnya pun ga sesusah nanti saat sudah di jurusan. Satu tahun ini persiapan untuk hal-hal yang lebih besar dan mendetail di lembaga. Satu tahun ini lho ka, masa anak2 masih bisa disuruh-suruh... karena di tingkat dua nanti, kami sudah berhadapan dengan himpunan dan menjadi staf di unit-unit. Terlambat kiranya jika pengantar kampus dilakukan di tingkat dua. Apalagi, itu juga mengisyaratkan waktu sebagai mahasiswa aktif juga semakin berkurang. Kalau dimulai dari awal, setidaknya ada empat tahun untuk bergerak, kalau telat, ya tinggal 3 tahun...dan begitu sterusnya. Sejak kapan kami boleh mulai mengerti?
Dan inilah realita bangsa...
Ini miniatur realita bangsa; sebuah kehidupan kampus. Di awal, saya menyinggung peraturan kampus. Ya mungkin seperti itulah juga peraturan negara kita. Peraturan ada, bagus pula. Tapi implementasinya? “Undang-undangnya sudah sangat bagus. Rencananya amat sangat bagus. Tapi masalahnya adalah pengerjaan dan pengawasan agar rencana tsb terwujud sesuai dengan harapan”, kata salah satu mahasiswa planologi di forum yang saya ikuti minggu kemarin. Bukan berarti mengucilkan kajian, tapi kajian dan pengamalannya harus seimbang.
Ini miniatur realita bangsa; sebuah kehidupan kampus. Anak bawang ya tidak dianggap. Udahlah... belajar aja dulu... lulus TPB aja dulu... baru ngomong. Lulus aja belum. Kalau dianalogikan, orang-orang anggota tua itu ntar kalau jd wakil rakyat mungkin bakal bilang gini ya... halah mahasiswa,,, lulus S1 aja belum... ga punya pengalaman. Tau apa mereka ttg bangsa. Susah tau ngurusin negara tuh! Lulus aja dulu. Jadi sarjana aja dulu. Baru ngomong!.... mungkin, mungkin, mungkin kaya begitu.... jadi, kalau mahasiswa geram ga didengar sama penguasa, coba bercermin.
Ini miniatur realita bangsa; sebuah kehidupan kampus. Kata-kata ini kan yang jadi pacu utama mahasiswa ITB bersemangat bergerak. Kalau mau lihat Indonesia 10 tahun lagi, maka liat mahasiswa ITB sekarang... mahasiswa ITB sekarang? Mangga dijawab sendiri...
Hfff... lagi-lagi saya mau menegaskan kalau ini ocehan mahasiswa awam. Mahasiswa yang ga tau pahitnya berada di atas. Ya samalah mungkin sama kakak2 yang suka kritik. Tapi mungin saya worse ya... karena mengkritik aja,awam pula... ya namanya juga awam..haha. saya mengalami sendiri ko. Kalau jadi panitia atau senior di suatu tempat, terus dikritik sama orang yang saya anggap ‘yah, kamu mah tau apa sih’, bakal menyakitkan dan gimanaaa gitu. Tapi terkadang saya berpikir lagi, ya mungkin yang mereka—yang awam—katakan itu yang benar. Mungkin kita merasa melakukan sesuatu, tapi yang orang rasa bukan apa yang bisa kita lakukan, tapi ‘apa yang sudah kamu lakukan dan itu berdampak apa pada saya’. Kalau dalam ilmu komunikasi mah, nilai suatu komunikasi itu dilihat dari apa yang didapat oleh pendengar, bukan apa yang disampaikan oleh pembicara. Nah lho, ini ngomongin apa ya? Saya bukan pembicara yang baik memang...
Intinya apa sih ni tulisan??? Mungkin curhatan tentang waktu TPB yang saya jalani ya. Tentang identitas saya di kampus satu tahun ke belakang. Dan saya tidak ingin adik-adik 2011 nanti merasakan kegalauan yang sama dengan kakak2 mereka ini. Solusi yang ditawarkan oleh saya sama dengan konsep inkm tahun kemarin. Ada pengawasan dan pembinaan berkala untuk adik2 TPB oleh taploknya. Di pembinaan berkala setelah prokm itulah, sedikit2 dikenalkan peranan kampus dan mahasiswa untuk bangsa. Kalau kata anak PSDM mah, ospek awal(inkm atau prokm) itu lho waktu yang paling tepat untuk penurunan nilai kpd mahasiswa baru, waktu paling tepat mereka dibentuk sebagai mahasiswa berkarakter(ngopi kata2 pak SBY). Lagi-lagi, konsep inkm tahun kmarin udah bagus,,, bagaimana pelaksanaannya yang jadi sebuah pecut agar prokm tahun ini lebih baik. Ayo buktikan kalau mahasiswa ga sekedar bisa ngomong, tapi bisa mempertanggungjawabkan omongannya... saya jadi takut tiba-tiba,,,,(?)
Last, inilah tulisan seorang mahasiswa awam, yang satu tahun pun belum jadi mahasiswa...jadi, kalau banyak yang ga sesuai hati, tolong dimaafkan ya(ngeles:P)... mohon bimbingannya...
Kebenaran datang hanya dari Allah SWT, kesalahan ada dari diri saya pribadi. Allahu’alam bishshawab
Terimakasih
Lu’lu’arash
Tidak ada komentar:
Posting Komentar