Kamis, 02 Juni 2011

BELAJAR MENULIS

Bismillahirrahmanirrahim....

Alhamdulillahirabbil’alamin, washshalatu wassalamu ‘ala ashrafil anbiyai wal mursalin....

Yak, ini bukan pidato kawan... bukan belajar menulis untuk diucapkan kembali. Bukan belajar men-skets apa yang mau dikatakan. Tapi saya belajar menulis apa yang ingin saya ungkapkan, namun tidak bisa dikatakan secara lisan karena mungkin terlalu meletup-letup di otak, di tulisan-tulisan ini. Nah lho, bingung kan? Makanya saya belajar menulis. Supaya makin lama saya bisa menulis tulisan yang mudah dipahami orang. Hehe

Aeum, buat orang-orang yg kenal saya, pasti bingung. Koq bisa-bisanya orang seperti KiQ mau belajar nulis. Belajar baca aja belum khatam, udah berani-beraninya nulis. Yah,, belajar keduanya berbarengan lah ya. Karena saya lagi belajar membaca, banyak ide-ide berseliweran di pikiran saat saya membaca. Dan ide itu paling mudah untuk disangkarkan dengan menulis supaya ga terbang jauh... jadi ya, saya belajar menulis.

Saya masih amat awam dalam hal tulis-menulis. Subhanallah banget deh kalau liat para penulis tuh... bisa-bisanya gt punya waktu untuk berpikir keras terus menuliskannya, terus jadi buku. Hwaaa, sugoooiii. Pengen deh jadi org seperti itu. Seperti Sayyid Quthb dgn Tafsir Fii Zhilalil Qur’an-nya atau Al-Baytr(botanist and pharmacist) dengan The Ultimate in Materia Medica-nya. Banyak banget kan ilmuwan muslim (belum ada nih di jaman tsb komputer) menulis beratus-ratus bahkan beribu-ribu bahkan berpuluh-puluh ribu halaman dengan pena mereka. Udah mah amalnya besar(ilmuwan gitu lho), masih sempet menuliskannya, terus bukunya menjadi manfaat bagi orang-orang di jamannya maupun di jaman sekarang. Ya, tulisan itu, menurut saya, sesuatu spt kotak simpanan kenangan yang paling awet bahwa anda ada dan berkontribusi saat anda di dunia. Yang ujung-ujungnya sih, tulisan itu bisa jadi sedekah juga kan ya... (bingung ga?)

Salah satu amal yang ga bakal putus pahalanya saat seseorang meninggal itu adalah ilmu yang berguna. Saya tipe orang cerewet, ngomong mulu kerjaannya. Ngajarin orang jg sambil ngomong aja, ga ditulis. Kl dihitung, pahalanya mungkin cuma satu, ke orang yang saya ajarin tsb. Tapi kalau dengan tulisan, siapapun orangnya, mau kenal atau engga sama kita, mereka bisa baca tulisan kita, baik waktu kita masih hidup atau tidak. Kalau si tulisan tsb menjadi ilmu bagi orang yang membacanya, wah, berapa banyak pahala yang telah kita kumpulkan dari sebuah tulisan. Subhanallah banget kan arti sebuah tulisan tuh... jadi, saya meng-azzam-kan diri untuk belajar menulis.

Ini berkaitan juga dengan matkul english saya. Ya gmana mau nulis dalam bahasa inggris kalau menulis dalam bahasa Indonesia aja belum bisa. Tul? Dan dalam jangka panjang, berhubungan juga dengan laporan2, jurnal2 saya nanti, TA, skripsi, thesis, atau disertasi(emgnya saya bkl sampai S3 ya?). Tulisan2 tsb itu kan bakal panjang dan harus sistematis. Dari sekarang, saya harus mulai nyicil menulis tulisan-tulisan pendek yang simpel, yang bahasannya ga berat, yang belum terlalu sistematis, supaya nanti bisa lebih mudah dan lancar. Di matkul bahasa, pasti kita diajarin cara-cara untuk menulis. Thesis statementnya harus opini lah, lalu introduction dulu, dsb. Ok, itu bener2 menambah ilmu(saya benar2 terbantu lho dgn adanya matkul bahasa), but teori bisa dibaca, tapi prakteknya harus mulai dari yang kecil-kecil, mulai dari sekarang. So, belajar menulis dari sekarang, dari tulisan ini.

Diniatkan untuk menulis pun karena (lagi) saya orang yang nyeplas-nyeplos. Ngomong ga difilter, sampe akhirnya niat baik buat ngingetin jadi jarum yang nusuk hati lawan bicara saya. Ga baik. Jangan dicontoh ya. Apa hubungannya komunikasi sama tulisan? Tulisan bukan sekedar media informasi, saat menulis kita juga belajar untuk memfilter apa yang mau kita sampaikan. Malah-malah, kalau bikin buku ada editornya juga kan. Untuk belajar memfilter ucapan-ucapan saya, saya belajar menulis. Insya Allah kedepannya, saya bisa menjaga perkataan saya hingga hanya kata-kata yang bermanfaatlah yang terucap. Amin. Nah, bukan cuma bwt orang-orang cerewet seperti saya aja sebuah tulisan itu bisa menjadi terapi bagi komunikasi. Bagi orang-orang kalem yang berpikir besar pun, tulisan bisa jadi ajang penyalur pikirannya. Trus, latihan komunikasi juga deh. Kalau bisa menulis panjang, kenapa saya ga bisa menyampaikannya secara lisan? Pokonya, ada keterkaitan antara menulis dan berbicara. Merasa bermasalah dengan komunikasi, baik berlebihan atau kekurangan, mungkin belajar menulis bisa jadi salah satu pilihan....

Huih, banyak amat ya yang saya tulis. Padahal, saya cuma nulis tentang niatan saya ‘belajar menulis’. Ini nih penyakitnya orang yang ga suka nulis, lebih suka ngomong, cape duluan kalo nulis. Yah, makanya perlu belajar...

Ayo-ayo,,,, belajar menulis bareng yuuu.... Yang sudah mahir atau sudah jadi penulis, ajarin kami-kami yang masih awam ini ya...

Kritik, saran, kesan, dan pesan amat saya terima. Untuk pembelajaran kedepan tentunya. Terima kasih. Maaf kalau ada kata yang kurang berkenan(udah kaya pidato lagi nih)...

“Bacalah, dan Pemelihara kamu Yang Mulia, Yang mengajar penggunaan pena, Dia mengajar manusia apa yang dia tidak tahu.”(QS 96 : 3-5)
Semoga Allah memudahkan jalan dakwah ini. Kebenaran hanya datang dari Allah SWT dan kesalahan datangnya dari diri saya pribadi. Allahu a’lam bi-shawab.

lu'lu'arash

* sugoi = keren ; azzam = tekad ;

Tidak ada komentar:

Posting Komentar