Senin, 27 Juni 2011

Cumi-cumi hitam crooot...


Bahan-bahan:
  • Cumi-cumi, yg kantung tintanya belum dihilangkan
  • Bawang merah (bamer)
  • Bawang putih(baput)
  • Asam jawa 1 biji
  • Daun salam
  • Cabai(optional)
  • Gula merah
  • Garam

Cara membuat:
  1. Bersihkan cumi-cumi, iris cincang baba dan cabai, persiapkan ingredients
  2. tumis baba
  3. Masukkan cumi, kasih air sedikit
  4. Langsung segera masukkan salam
  5. Tunggu hingga cukup waktu...(lho?),, lalu masukkan asam jawa, gula merah, dan garam
  6. Cabai terserah mau masuk kapan...biasanya di 2 atau 3... (yang lain juga sebenarnta ga saklek sih)
  7. Icip-icip... udah mantabhs? Kalo ada yg kurang berkenan di lidah, pikir aja sendiri ya...hehe

PENJUAL MINUMAN DI KERETA


Lama aku memperhatikannya, penjual minuman di kereta. Lama... lama...
Kukumpulkan suara, berani bertanya.
"Apa?"
"Apa!"Penjual itu bertanya pula. Harus bertanya apa saya, batinku berkata.
“Lima ribu, tiga”, bapak tua itu berkata.
“Tidak Pak. Bukan.”
“Kemudian?!”
Apa? Hanya rasa penasaran yang tertanam. Mau bertanya, tanya apa?
“Berapa lama berjualan di kereta?”
“Lama. Sangat lama. Setengah hidup saya bersama kereta.”
“Cukupkah? Seimbang dengan dana keluar?”
“Kamu bertanya?! Tentulah tak tutup biaya nafas di dunia. Tapi kerja apa jaman sekarang? Receh saja belum tentu dipegang!”
“Maaf. Tak maksud tak sopan. Tak maksud mengiris jiwa.”
“Tidak apa. Biasa saja. Memang begitu nasibnya.”
Hampa, hening sejenak. Ia mulai melangkah. Tak mau aku hanya sedikit dapat jawaban. Aku ikuti perginya. Ia layani dua orang bocah kehausan. Tertarik wajah si bocah, terhias senyuman. Terima uang, lalu melenggang. Kusapa lagi ia.
“Bapak, berapa usia?”
“Lebih dari setengah abad. Tua!”
“Isrtri? Anak? Punya?”
“Menunggu di rumah. Tahan lapar, tunggu uang.”
“Hmmm...”, hanya hela nafas yang bisa kukata.
Pak Tua Penjual Minuman itu menerawang dan berkata,
“Hidup tidaklah mudah. Hidup benarlah susah”, entah pada dirinya, entah pada saya.

Surat Menasihat Sahabat



Sesungguhnya Allah mnecintai hamba-Nya yang selalu merasa cukup dan berusaha menyembunyikan amalnya.(HR Muslim. 2965)

Berupaya keraslah unutk mencapai apa yang bermanfaat bagimu dan mohonlah pertolongan kepada Allah Ta’ala serta janganlah kamu lemah. Jika kamu tertimpa sesuatu, janganlah kamu berkata : andaikan aku berbuat demikian tentu akan terjadi deimikian dan demikian. Akan tetapikatakanlah : Allah telah mentakdirkan (ini). Allah melakukan apa yang dikehendakiNya. Karena kata ‘andaikan’ membuka pintu perbuatan syaitan.(HR. Muslim)

If we are able to live without makng any mistakes, it would bw great. But it doesn’t exist. Things like failing, tripping, losing the way, making mistakes do exist. Little by little, walking one step at a time, is all we can do. On our own feet, even if there are many scars. In order to reach something, someday... let’s start walking today!

Imam Al-Ghozali menyebutkan ada 3 bentuk perlawanan manusia terhadap nafsu:
1.       Nafsu muthmainnah(nafsu yang tenang), yakni ketika iman menang melawan nafsu sehingga perbuatan manusia tsb lebih banyak yang baik daripada yang buruk
2.       Nafsu lawwamah(nafsu yang gelisah dan  menyesali dirinya sendiri), yakniketika iman kadangkala menang dan kadangkala kalah melawan hawa nafsu sehingga manusia tsb perbuatan baiknya relatif seimbang dengan perbuatan buruknya
3.       Nafsu la’ammarotubissu(nafsu yang mengajak kepada keburukan), yakni ketika iman kalah dibanding dengan hawa nafsu sehingga manusia tsb lebih banyak berbuat buruk daripadaberbuat baik
Abdullah bin Mas’ud: ‘Orang beriman memandang dosa-dosanya seolah batu besar di puncak bukit. Ia takut kalau-kalu menimpanya.’ (HR. Bukhari. 5949)

Jika engkau memiliki kekuatan iman, kebersihan hati dan keikhlasan, serta ketika engkau berpikir, Allah akan memberimu petunjuk dan bimbingan. Dan ketika engkau beramal, Allah akan mendukungmu dengan kemampuanmu dan keberhasilan. Hendaknya ibadahmu memberi pengaruh nyata pada perilakumu, dan dapat dirasakan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari, baik kepada dirimu sendiri maupun kepada orang lain.(Hasan Al-Banna)

seorang mukmin sejati bukanlah yang mengerjakan ibadah lahir dan batin dan menjauhi larangan, tapi yang tidak membantah dengan hatinya serta tidak peduli dengan rasa was-was yang berkecamuk di dadanya. Semakain besar bencana menimpanya, semakin tebal imannya. Kadang ia berdoa, tapi tanda doanya akan dikabulkan tak sedikitpun terlihat, namun hatinya tetap teguh dan tidak berubah, karena ia sadardirnya adalah hamba, dan ia punya Tuhan yang bertindak sesuiai kehendakNya(Ibnu Al-Jauzi)

Senin, 06 Juni 2011

Bingung sm Blog

baru kali ini saya benar2 curhat di blog....
saya bingung me-manage blog saya...
blog ini diniatkan awalnya, fokusnya, ke peminjaman buku
karena saya belum bisa bikin buku(lho?)
tambahan lagi, pgn bikin liputan2 kegiatan gitu.. dan tempat ilmu2 dr orang lain...
dikira saya, blog bisa seperti website...yg tiap lamannya bisa beberapa posting
jadilah saya membuat beberapa laman, salah satunya adalah 'ain, lam, mim
tapi sampai sekarang, saya ga tau caranya nambah postingan di laman selain beranda...haduuu
gini nih hambatannya buat orang gaptek
nyoba2,mungkin di label kali ya...tapi ko saya bingung juga, cara nambah link label yag biasanya jadi kategori di blog orang tuh gmana caranya...
terus, kalau mau nambah gambar di deket headline tuh gimana... ada opsi susutkan, tp tetep ga bisa nyusut.
akhirnya manual deh pake paint. hiks
sebelumnya, saya punya banyak bgt blog... dan selalu berakhir karena kebingungan dan kemalasan.haha
berharap yg ini longlasting.... amin

haaaa....yasudlah ya,, kerjakan yang bisa dikerjakan dulu...
ganbare arashi!!!!

Minggu, 05 Juni 2011

Kritik Krotok Mahasiswa Awam

Bismillahirrahmanirrahim..
Saya, mahasiswa awam. Mau menelisik sedikit tentang kemahasiswaan. Tapi bingung, dari mana ya mulainya...

Kalau gitu kita flashback aja.

Sejak minggu lalu, saya yang masih awam ini ikut kaderisasi himpunan. Nah, salah satu tugas ospeknya adalah baca AD/ART KM ITB. Lalu saya baca kertas2 berisikan AD/ART tsb. Banyak banget dah, walau ga sebanyak Undang-Undang sih... baca, baca, baca,,, eh, nemu pasal yang intinya adalah staf kabinet adalah anggota biasa KM-ITB. Di pasal jauh sebelumnya, dijelaskan bahwa anggota biasa KM-ITB adalah mahasiswa yang telah genap satu tahun belajar i ITB. Mulailah pertanyaan saya muncul... berarti mahasiswa Tahap Persiapan Bersama atau TPB ga boleh jadi staf dong? Kan TPB masih anggota muda, belum 1 tahun ada di ITB. Tapi kabinet kemarin saya ikut tuh. Atau berati saya selama berapa bulan ke belakang bukan staf ya di kabinet? Lalu saya dan teman2 TPB yg berada di kabinet siapa? Magang? Pembantu umum? Penggembira?

Kalau memang ada yg bilang kami staf, tidak ada magang, maka tidak seharusnya ada oprec untuk TPB. Kalau kami magang, harusnya tidak perlu daftar ulang saat kabinet berganti, harusnya yg magang inilah yg melanjutkan. Tapi nyatanya, saat presiden berganti, staf turun-temurunnya pun berganti. Memang tidak seutuhnya sih...tapi yg baru masuk apakah magang lagi, atau menyesuaikan saja. Haduh, saya jadi bingung. Kalu kami dibilang magang, maka sepatutnya ada senior yang kami bantu tugasnya. Harap digarisbawahi, kami MEMBANTU, bukan tugasnya kami kerjakan seluruhnya dan mereka hanya mengawasi. Magang tu ibarat kata asisten dokterlah ya... yang cuma liat, ga boleh pegang. Itu ibaratnya. Sedangkan saya dan beberapa teman merasakan, kurang adanya penurunan nilai. Saya sendiri merasakan, tidak ada senior yang benar-benar mengajarkan tata cara menulis surat yang benar misalnya. Saya merasa saya yang mengerjakannya kembali dari nol. Ya maklum sih, bidang saya memang kekurangan anggota. Lalu dari hal tsb, bisakah saya disebut masih magang? Bahkan ada kementrian yang 2009 dgn 2010nya tidak saling kenal. Nah lho? Bagaimana ada proses magang jika kenal saja tidak.... membingungkan.

Jadi, kami siapa?

Itu konflik batin yang saya rasakan selama TPB sebenarnya. Kami siapa? Saya siapa di KELUARGA MAHASISWA ini? Siapa? Anggota muda? Tapi amat jarang sekali anggota tua yang peduli sama kami yang baru-baru ini. Kalau mau ikut sesuatu malah dibilang, “Ah,,, TPB mah lulus aja dulu... belajar aja dulu...” Ingin nangis rasanya kalau dibilang bgt. Kami mungkin hanya ingin belajar, bergerak dari sekarang. Kami mungkin sudah mencoba proaktif, tapi entah rasanya, ada barrier kuat yang menghalangi kami untuk mengetahui dunia kampus. Ditambah-tambah status TPB yang tidak punya lembaga dan masih anak bawang dan dianggap dalam masa kaderisasi awal. Mungkin saya bisa bilang, saya termasuk anak TPB yang beruntung. Karena bisa belajar banyak di unit dan kabinet, saya cukup kenal lah sama kampus ini... tapi kalau lagi merenung sebagai anak TPB biasa, saya sedih. Rasanya, masa TPB itu ya dihabiskan sama buku dan ujian. Padahal katanya mahasiswa, tapi ga tau pergerakan bangsa. Itukah mahasiswa?

Haduh, berbelit ya...

Sebagai contoh kecil saja nih... Saya dan teman-teman sedang mengerjakan tugas di CC barat. Lalu saya menyapa seorang anggota kabinet. “Sapa tuh ki?”, tanya seorang teman. “Anak kabinet”. “Ooh..ngapain di situ?” gubrak....teman saya ini ga tau kalau sekre kabinet ada di CC barat lantai 2. Ya inilah realitanya, banyak anggota KM-ITB yang bahkan sekedar sekre KM pun mereka ga tau. Ga cuma anak TPB ya, anak tingkat atas pun ada yang ga tau lho.

Dan inilah realitanya...

Saat wakil mahasiswa berkoar-koar mengajukan aspirasinya diluar kepada wakil rakyat, sudahkah mereka menampung aspirasi massa kampus? Dengan realita banyak massa yang bahkan tempat untuk menyampaikan aspirasinya saja tidak tahu. Mungkin terlihat tak acuh, tapi mungkin juga karena tak tahu kemana pendapat besar mrk itu harus disampaikan bukan? Mungkin juga karena tak tahu darimana kami harus mendapat informasi tsb. Mendapat dan memberi inspirasi, kemana?

Ya,, ini ocehan saya yang masih TPB ya, yang GA PUNYA LEMBAGA. Jadi luntang-lantung begitu aja. Punya unit sih, tapi toh unit ga punya suara di Kongres. Ngerti sedikit-sedikit sih, tapi toh pada akhirnya anggota muda ga punya hak pilih dan hak jadi staf kabinet. Jadi harusnya, penurunan nilai selama satu tahun di kampus ini, siapa yang melakukan??? Kalau di AD/ART sih tulisannya anggota biasa. Lalu, siapa yang merasa jadi anggota biasa??? Yang dengan senang hati mau membina anak2 bau kencur spt saya???

Padahal ya,,, satu tahun awal inilah seorang mahasiswa dibentuk. Perilaku hanya bisa diubah saat ia masih baru(kata dosen). Di satu tahun inilah yang paling baik mahasiswa belajar tentang dunia kampus secara menyeluruh. Satu tahun ini waktu paling luang bg mahasiwa untuk mencoba mengerti pergerakan,contohnya dgn ikut oraganisasi, karena pelajaran kuliahnya pun ga sesusah nanti saat sudah di jurusan. Satu tahun ini persiapan untuk hal-hal yang lebih besar dan mendetail di lembaga. Satu tahun ini lho ka, masa anak2 masih bisa disuruh-suruh... karena di tingkat dua nanti, kami sudah berhadapan dengan himpunan dan menjadi staf di unit-unit. Terlambat kiranya jika pengantar kampus dilakukan di tingkat dua. Apalagi, itu juga mengisyaratkan waktu sebagai mahasiswa aktif juga semakin berkurang. Kalau dimulai dari awal, setidaknya ada empat tahun untuk bergerak, kalau telat, ya tinggal 3 tahun...dan begitu sterusnya. Sejak kapan kami boleh mulai mengerti?

Dan inilah realita bangsa...

Ini miniatur realita bangsa; sebuah kehidupan kampus. Di awal, saya menyinggung peraturan kampus. Ya mungkin seperti itulah juga peraturan negara kita. Peraturan ada, bagus pula. Tapi implementasinya? “Undang-undangnya sudah sangat bagus. Rencananya amat sangat bagus. Tapi masalahnya adalah pengerjaan dan pengawasan agar rencana tsb terwujud sesuai dengan harapan”, kata salah satu mahasiswa planologi di forum yang saya ikuti minggu kemarin. Bukan berarti mengucilkan kajian, tapi kajian dan pengamalannya harus seimbang.

Ini miniatur realita bangsa; sebuah kehidupan kampus. Anak bawang ya tidak dianggap. Udahlah... belajar aja dulu... lulus TPB aja dulu... baru ngomong. Lulus aja belum. Kalau dianalogikan, orang-orang anggota tua itu ntar kalau jd wakil rakyat mungkin bakal bilang gini ya... halah mahasiswa,,, lulus S1 aja belum... ga punya pengalaman. Tau apa mereka ttg bangsa. Susah tau ngurusin negara tuh! Lulus aja dulu. Jadi sarjana aja dulu. Baru ngomong!.... mungkin, mungkin, mungkin kaya begitu.... jadi, kalau mahasiswa geram ga didengar sama penguasa, coba bercermin.

Ini miniatur realita bangsa; sebuah kehidupan kampus. Kata-kata ini kan yang jadi pacu utama mahasiswa ITB bersemangat bergerak. Kalau mau lihat Indonesia 10 tahun lagi, maka liat mahasiswa ITB sekarang... mahasiswa ITB sekarang? Mangga dijawab sendiri...

Hfff... lagi-lagi saya mau menegaskan kalau ini ocehan mahasiswa awam. Mahasiswa yang ga tau pahitnya berada di atas. Ya samalah mungkin sama kakak2 yang suka kritik. Tapi mungin saya worse ya... karena mengkritik aja,awam pula... ya namanya juga awam..haha. saya mengalami sendiri ko. Kalau jadi panitia atau senior di suatu tempat, terus dikritik sama orang yang saya anggap ‘yah, kamu mah tau apa sih’, bakal menyakitkan dan gimanaaa gitu. Tapi terkadang saya berpikir lagi, ya mungkin yang mereka—yang awam—katakan itu yang benar. Mungkin kita merasa melakukan sesuatu, tapi yang orang rasa bukan apa yang bisa kita lakukan, tapi ‘apa yang sudah kamu lakukan dan itu berdampak apa pada saya’. Kalau dalam ilmu komunikasi mah, nilai suatu komunikasi itu dilihat dari apa yang didapat oleh pendengar, bukan apa yang disampaikan oleh pembicara. Nah lho, ini ngomongin apa ya? Saya bukan pembicara yang baik memang...

Intinya apa sih ni tulisan??? Mungkin curhatan tentang waktu TPB yang saya jalani ya. Tentang identitas saya di kampus satu tahun ke belakang. Dan saya tidak ingin adik-adik 2011 nanti merasakan kegalauan yang sama dengan kakak2 mereka ini. Solusi yang ditawarkan oleh saya sama dengan konsep inkm tahun kemarin. Ada pengawasan dan pembinaan berkala untuk adik2 TPB oleh taploknya. Di pembinaan berkala setelah prokm itulah, sedikit2 dikenalkan peranan kampus dan mahasiswa untuk bangsa. Kalau kata anak PSDM mah, ospek awal(inkm atau prokm) itu lho waktu yang paling tepat untuk penurunan nilai kpd mahasiswa baru, waktu paling tepat mereka dibentuk sebagai mahasiswa berkarakter(ngopi kata2 pak SBY). Lagi-lagi, konsep inkm tahun kmarin udah bagus,,, bagaimana pelaksanaannya yang jadi sebuah pecut agar prokm tahun ini lebih baik. Ayo buktikan kalau mahasiswa ga sekedar bisa ngomong, tapi bisa mempertanggungjawabkan omongannya... saya jadi takut tiba-tiba,,,,(?)

Last, inilah tulisan seorang mahasiswa awam, yang satu tahun pun belum jadi mahasiswa...jadi, kalau banyak yang ga sesuai hati, tolong dimaafkan ya(ngeles:P)... mohon bimbingannya...

Kebenaran datang hanya dari Allah SWT, kesalahan ada dari diri saya pribadi. Allahu’alam bishshawab

Terimakasih
Lu’lu’arash

Kamis, 02 Juni 2011

BELAJAR MENULIS

Bismillahirrahmanirrahim....

Alhamdulillahirabbil’alamin, washshalatu wassalamu ‘ala ashrafil anbiyai wal mursalin....

Yak, ini bukan pidato kawan... bukan belajar menulis untuk diucapkan kembali. Bukan belajar men-skets apa yang mau dikatakan. Tapi saya belajar menulis apa yang ingin saya ungkapkan, namun tidak bisa dikatakan secara lisan karena mungkin terlalu meletup-letup di otak, di tulisan-tulisan ini. Nah lho, bingung kan? Makanya saya belajar menulis. Supaya makin lama saya bisa menulis tulisan yang mudah dipahami orang. Hehe

Aeum, buat orang-orang yg kenal saya, pasti bingung. Koq bisa-bisanya orang seperti KiQ mau belajar nulis. Belajar baca aja belum khatam, udah berani-beraninya nulis. Yah,, belajar keduanya berbarengan lah ya. Karena saya lagi belajar membaca, banyak ide-ide berseliweran di pikiran saat saya membaca. Dan ide itu paling mudah untuk disangkarkan dengan menulis supaya ga terbang jauh... jadi ya, saya belajar menulis.

Saya masih amat awam dalam hal tulis-menulis. Subhanallah banget deh kalau liat para penulis tuh... bisa-bisanya gt punya waktu untuk berpikir keras terus menuliskannya, terus jadi buku. Hwaaa, sugoooiii. Pengen deh jadi org seperti itu. Seperti Sayyid Quthb dgn Tafsir Fii Zhilalil Qur’an-nya atau Al-Baytr(botanist and pharmacist) dengan The Ultimate in Materia Medica-nya. Banyak banget kan ilmuwan muslim (belum ada nih di jaman tsb komputer) menulis beratus-ratus bahkan beribu-ribu bahkan berpuluh-puluh ribu halaman dengan pena mereka. Udah mah amalnya besar(ilmuwan gitu lho), masih sempet menuliskannya, terus bukunya menjadi manfaat bagi orang-orang di jamannya maupun di jaman sekarang. Ya, tulisan itu, menurut saya, sesuatu spt kotak simpanan kenangan yang paling awet bahwa anda ada dan berkontribusi saat anda di dunia. Yang ujung-ujungnya sih, tulisan itu bisa jadi sedekah juga kan ya... (bingung ga?)

Salah satu amal yang ga bakal putus pahalanya saat seseorang meninggal itu adalah ilmu yang berguna. Saya tipe orang cerewet, ngomong mulu kerjaannya. Ngajarin orang jg sambil ngomong aja, ga ditulis. Kl dihitung, pahalanya mungkin cuma satu, ke orang yang saya ajarin tsb. Tapi kalau dengan tulisan, siapapun orangnya, mau kenal atau engga sama kita, mereka bisa baca tulisan kita, baik waktu kita masih hidup atau tidak. Kalau si tulisan tsb menjadi ilmu bagi orang yang membacanya, wah, berapa banyak pahala yang telah kita kumpulkan dari sebuah tulisan. Subhanallah banget kan arti sebuah tulisan tuh... jadi, saya meng-azzam-kan diri untuk belajar menulis.

Ini berkaitan juga dengan matkul english saya. Ya gmana mau nulis dalam bahasa inggris kalau menulis dalam bahasa Indonesia aja belum bisa. Tul? Dan dalam jangka panjang, berhubungan juga dengan laporan2, jurnal2 saya nanti, TA, skripsi, thesis, atau disertasi(emgnya saya bkl sampai S3 ya?). Tulisan2 tsb itu kan bakal panjang dan harus sistematis. Dari sekarang, saya harus mulai nyicil menulis tulisan-tulisan pendek yang simpel, yang bahasannya ga berat, yang belum terlalu sistematis, supaya nanti bisa lebih mudah dan lancar. Di matkul bahasa, pasti kita diajarin cara-cara untuk menulis. Thesis statementnya harus opini lah, lalu introduction dulu, dsb. Ok, itu bener2 menambah ilmu(saya benar2 terbantu lho dgn adanya matkul bahasa), but teori bisa dibaca, tapi prakteknya harus mulai dari yang kecil-kecil, mulai dari sekarang. So, belajar menulis dari sekarang, dari tulisan ini.

Diniatkan untuk menulis pun karena (lagi) saya orang yang nyeplas-nyeplos. Ngomong ga difilter, sampe akhirnya niat baik buat ngingetin jadi jarum yang nusuk hati lawan bicara saya. Ga baik. Jangan dicontoh ya. Apa hubungannya komunikasi sama tulisan? Tulisan bukan sekedar media informasi, saat menulis kita juga belajar untuk memfilter apa yang mau kita sampaikan. Malah-malah, kalau bikin buku ada editornya juga kan. Untuk belajar memfilter ucapan-ucapan saya, saya belajar menulis. Insya Allah kedepannya, saya bisa menjaga perkataan saya hingga hanya kata-kata yang bermanfaatlah yang terucap. Amin. Nah, bukan cuma bwt orang-orang cerewet seperti saya aja sebuah tulisan itu bisa menjadi terapi bagi komunikasi. Bagi orang-orang kalem yang berpikir besar pun, tulisan bisa jadi ajang penyalur pikirannya. Trus, latihan komunikasi juga deh. Kalau bisa menulis panjang, kenapa saya ga bisa menyampaikannya secara lisan? Pokonya, ada keterkaitan antara menulis dan berbicara. Merasa bermasalah dengan komunikasi, baik berlebihan atau kekurangan, mungkin belajar menulis bisa jadi salah satu pilihan....

Huih, banyak amat ya yang saya tulis. Padahal, saya cuma nulis tentang niatan saya ‘belajar menulis’. Ini nih penyakitnya orang yang ga suka nulis, lebih suka ngomong, cape duluan kalo nulis. Yah, makanya perlu belajar...

Ayo-ayo,,,, belajar menulis bareng yuuu.... Yang sudah mahir atau sudah jadi penulis, ajarin kami-kami yang masih awam ini ya...

Kritik, saran, kesan, dan pesan amat saya terima. Untuk pembelajaran kedepan tentunya. Terima kasih. Maaf kalau ada kata yang kurang berkenan(udah kaya pidato lagi nih)...

“Bacalah, dan Pemelihara kamu Yang Mulia, Yang mengajar penggunaan pena, Dia mengajar manusia apa yang dia tidak tahu.”(QS 96 : 3-5)
Semoga Allah memudahkan jalan dakwah ini. Kebenaran hanya datang dari Allah SWT dan kesalahan datangnya dari diri saya pribadi. Allahu a’lam bi-shawab.

lu'lu'arash

* sugoi = keren ; azzam = tekad ;

BERGERAKLAH!

Bismillahirrahmanirrahiim...

Dalam diamku aku teriak
Wahai daun yang gugur!
Pantaskah aku terhenti?
Merenung tanpa apapun
Terpaku berakar tanah
Meratap sampai akhirnya mati...

Hentakkan kakimu! celoteh sang tempuyung
Layaknya kusebar panglimaku berbagai penjuru
Tegak di suatu tempat dan membangun kejayaannya

Mantapkan langkahmu! nasehat sang kaktus
Serap dalam-dalam rintik ilmu yang turun
Mengakar kuat,,, jauh,,, seluas samudra jikalau gurun tergantikannya
Selalu haus...
Selalu mencari...

Bukan aku kalau tak bergerak!
Pasti bukan aku kalau jatuh membuatku runtuh
Hanyalah aku
Meski berat tetap buatku terangkat
Hanyalah aku dan diriku
Mantap melangkah demi apa yang kutuju

*ditulis saat waktu-waktu ujian menghantui, di saat lelah, letih, bosan akan hidup... (3rd grade HS)

lu'lu'arash

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Catatan kecilku,
tak menutup pikiran besarku tentang dunia
Biarlah pena menuliskan apa yang hati ini cita,
apa yang sanubari ini rasa,
dan apa yang akal ini kata...
Harap menjadi keinginan besar bagiku tuk membuat karbon dan tinta jadi berguna
Jadi satu dari beribu-ribu cara aku sampaikan pada dunia...
bahwa aku ada dan pernah ada
di tanah bumi yang hidupku ikut mengisinya...
Meraihnya...
Menggapai dunia...

Bismillah, lillahi ta'ala insyaAllah......


lu'lu'arash