Jika di semester 3 saya dikecewakan dengan rusaknya IP karena farfis, di semester 4 farfis makin begitu nyata sulitnya... Farfis EMPAT SKS! Di awal semester, ketakutan pun menyergapi...
Di farfis 1, hal-hal abstrak yang dibahas. Materi, atom,
ikatan, energi, sistem, dan hal-hal lain yang hanya orang berimajinasi kuat yg
dapat mencernanya. Lain dengan farfis 2 yang lebih real. Bektuk dan sifat suatu
benda, khususnya obat dipelajari, yaa walaupun dasarnya adalah pemahaman di
farfis 1. Bukan berarti karena real, farfis 2 lebih mudah dari farfis 1.
Farfis dua ini belajar tentaaang :
Farfis dua ini belajar tentaaang :
- Kelarutan
- Disolusi dan difusi
- Mikromiretik
- Stabilita
- Tegangan permukaan
- Rheologi
- Sistem dispersi (koloid, emulsi, suspensi)
4 bab pertama di-UTS-kan, sisanya di-UAS-kan. Bahan
pelajaran dapat dibaca di buku Martin jilid 2(kecuali kelarutan di jilid 1).
Dosen yang mengajar ada Ibu Jessie, Pak Rachmat, dan Pak Sundani. Sepertinya
kalau materi kuliah mah dibaca di buku aja kali ya... i wanna share about
side-things...
“Gambar mencerminkan sejuta kata”,pak Sundani bilang. Beliau amat senang melukiskan sesuatu dengan gambar. Suspensi ia gambarkan dengan penyelam-penyelam yang ukuran badannya berbeda-beda dan tidak beraturan posisi selamya. Tegangan permukaan ia imajinasikan dengan kapal, dimana terdapat tegper antara air laut dan udara, juga teg antar permukaan antara kapal dengan air laut. Ia juga senang seklai bercerita... kisah sejarah koefisien hamparan, karat-karat di pelabuhan, surfaktan alami yang ternyata telah dipakai dari dahulu oleh nenek moyang kita untuk membersihkan cincin, kegalauan yang sama dengan energi bebas—escaping tendency, dan masih banyak lagi cerita... Bahkan, bukan pelajarannya yg anak-anak ingat, tapi kisah-kisah nasehat itu...
“Ilmu itu diingat jika dimasukkan ke dalam hati, bukan ke
dalam otak”. Tapi kalau dipikir2, maksud hati itu kan perasaan, dan pusat
perasaan ada di otak...jadi??? hehehe
Yang paling sering ditekankan adalah betapa pintarnya bangsa
Indonesia, tapi menga-pa tak pernah berpikir lebih dalam dan menjadi pemenang?
Dan cerminan dari bangsa ini adalah mahasiswanya bukan manusia-manusia intelek,
yang bahkan arti AIR dan API pun tak tahu.
“nenek moyangku seorang pelaut”,tapi tak memikirkan adanya koefisien hampar minyak-minyak diatas air. Padahal begitu banyak pekerjaan –pekerjaan yang telah nenek moyang lakukan, yang ilmiah tapi tak ilmiah... Tugas intelektual-lah untuk menguak misteri-misteri alam tsb, bukan sekedar membaca buku dan menghafalkannya. Tapi juga menambah isi dari buku-buku tsb. Bukannya buku dan catatan ilmu adalah hasil dari pemikiran terhadap alam? Buku merupakan karya dari pembacaan seorang berilmu terhadap alam di sekitarnya... dan ini yg paling saya ingat dari beliau, “Anda jalan-jalan saja keliling Jawa Barat selama sebulan. Ilmu yang anda dapat pasti lebih banyak dibanding anda duduk disini mengikuti kuliah.” Kalau celetuk anak-anak, ‘ya kalau yang jalan-jalannya orang kaya bapak, segala macem dipkirin’... but realize it! Sadarilah bahwa banyak HIKMAH yang perlu kita renungkan, dari alam, dari lingkungan kita...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar