Rabu, 09 Oktober 2013

DIURETIK [Farmakologi]



Salah satu golongan obat yang berfungsi sebagai antihipertensi adalah diuretik. Diuretik adalah obat yang bekerja pada ginjal untuk meningkatkan ekskresi air dan natrium klorida. Diuretik dibagi menjadi 5 golongan, yaitu :
1.        Tiazid, bekerja terutama pada segmen awal tubulus distal, menghambat reabsorpsi NaCl dengan terikat pada sinporter yang berperan untuk kotranspor Na+/Cl- elektronetral. Terjadi peningkatan ekskresi Cl-, Na+, dan disertai H2O. Contoh : bendroflumetiazid, HCT.
2.       Diuretik loop (high ceiling), bekerja menghambat reabsorpsi NaCl dalam ansa henle asendens segmen tebal. Segmen ini berkapasitas besar dalam mengabsorpsi NaCl, sehingga diuretik golongan ini menyebabkan diuresis kuat. Contoh : furosemid, bumetanid.
3.       Diuretik hemat kalium, bekerja pada segmen yang berespons terhadap aldosteron pada nefron distal. Aldosteron menstimulasi reabsorpsi Na+, mengarahkan ion K+ dan H+ ke dalam lumen dan ekskresinya. Diuretik hemat kalium menurunkan reabsorpsi Na+ dengan mengantagonis aldosteron atau memblok kanal Na+, sehingga gaya untuk sekresi K+ berkurang. Contoh : spironolakton, amilorid.
4.       Inhibitor karbonat anhidrase, bekerja menghambat enzim karbonanhidrase di tubulus proksimal sehingga di samping karbonat, Na+ dan K+ diekskresikan lebih banyak bersama dengan air. Diuretik ini merupakan diuretik lemah. Contoh : asetazolamid.
5.       Diuretik osmotik, merupakan senyawa yang difiltrasi, namun tidak direabsorpsi. Contoh : manitol. 
 Anatomi nefron dan lokasi kerja diuretik




      Diuretik dapat menurunkan tekanan pembuluh darah karena dengan meningkatnya ekskresi, cairan dalam tubuh berkurang, volume plasma darah berkurang, sehingga stroke volume jantung pun berkurang. Stroke volume yang berkurang mengakibatkan penurunan cardiac output dan tekanan darah. Pada penggunaan kronis, diuretik diduga dapat menurunkan tekanan darah dengan menurunkan resistensi perifer (vasodilatasi). Walaupun mekanismenya belum diketahui secara pasti, salah satu mekanisme yang mungkin adalah penurunan Na+ di otot polos menyebabkan penurunan sekunder pada Ca2+ intraseluler sehingga otot menjadi kurang responsif. 

      Sumber : 
        http://www.pharmacology2000.com/Autonomics/Adrenergics1/Adrenergic-46.htm
        Farmakologi Medis at a Glance



Tidak ada komentar:

Posting Komentar