Selasa, 15 Oktober 2013

APPS : SATU DARI RANGKAIAN PEMBELAJARAN



"Students Today, Pharmacists Tomorrow", 
slogan IPSF ini begitu menggambarkan keadaan kita sekarang. Memang, hari ini kita hanyalah seorang mahasiswa, tetapi beberapa tahun ke depan, kita adalah seorang farmasis atau apoteker yang memegang peranan dan tanggung jawab penting dalam dunia kesehatan.

Seberapa jauh kita telah belajar agar kelak siap mengemban amanah tersebut? Menjadi sesosok profesional yang tak boleh salah, karena menyangkut nyawa ciptaan-Nya.

Pernahkah kamu sebagai seorang mahasiswa farmasi ditanya seputar obat dan pengobatan kemudian kamu tak tahu jawabannya? Beralasan kita masihlah pelajar dan sepertinya hal tersebut belum kita pelajari atau belum menjadi urusan kita. Memang benar, sekarang belum, tapi kelak akan, kelak gelar Apt. harus kita pertanggungjawabkan.

Kesiapan itu tak datang sendirinya. Pembelajaran. Dimana pun kita belajar sekarang, saya yakin, tuntutan akademis untuk seorang mahasiswa farmasi tidaklah ringan. Science dasar, penerapan teknologi, maupun ilmu-ilmu sosial seperti pelayanan atau manajemen ada dalam deretan mata kuliah kita. Belum kemudian peraturan-perturan negara tentang kesehatan. Seorang calon farmasis belajar ilmu secara komprehensif untuk kemudian menjadi landasannya menetapkan keputusan.

Perkembangan ilmu farmasi di dunia tidak luput dari hal yang perlu kita pelajari. Lewat berbagai events, para profesional farmasis perlu meng-upgrade ilmunya agar tak tertinggal oleh kemajuan dunia pengobatan. Begitu pula kita, mahasiswa, calon apoteker Indonesia.


Lewat APPS, sebuah acara yang melibatkan mahasiswa farmasi se-Asia Pasific, kita bisa memperluas pengetahuan kefarmasian global. Terdapat kegiatan-kegiatan yang siap membuat kita lebih kenal akan profesi kita seperti simposium, workshop, campaign, dan field trip. Pada APPS tahun ini di Jepang, setidaknya ada tiga simposium dan lebih dari 10 workshop yang diagendakan. Simposium-simposium menghadirkan para ahli untuk memberikan materi. Simposium pertama berbicara tentang Self-Medication di Jepang dan peranannya yang sangat besar mengingat jumlah populasi orang tua yang banyak dan peningkatan pasien yang terkena penyakit-terkait-lyfestyle. Simposium kedua bertema “Scientist as Pharmacist, Pharmacist as Scientist” membahas penelitian untuk penemuan dan perkembangan obat baru, juga perkembangan PC-SOD yang dilakukan oleh Mr. Tohru Mizushima, pemateri pada simposium ini. Simposium ketiga diberikan oleh Mrs. Fumiko Hibayashi, materinya seputar NTDs (Neglected Tropical Diseases) dan solusinya, yaitu Product Development Partnerships (PDPs). PDPs adalah program kerjasama berbagai pihak, sesuai keahliannya masing-masing (ada yang dalam bidang vaksin, diagnostic, therapeutic, dll) untuk merumuskan produk pengobatan dalam waktu yang lebih singkat dan sesuai dengan kebutuhan pasien.

Selain dari kegiatan formal, sosialisasi kita dengan teman-teman pun menjadi ilmu berharga yang didapat di APPS. Bersosialisasi bisa kita lakukan di workshop--dimana biasanya akan terdapat diskusi grup-- dan waktu-waktu luang lain. Kita jadi tahu bagaimana pendidikan dan mahasiswa farmasi di negara-negara lain, juga bagaimana dunia kesehatan mereka. Di Malaysia, pasien hanya perlu membayar 1 MYR (ringgit malaysia) di RS umum untuk kemudian mendapatkan pelayanan kesehatan yang mereka perlukan (dan 3 MYR jika ada tindakan operasi). Di Thailand, seorang calon farmasis harus berkunjung 1 minggu sekali ke daerah yang ditetapkan untuk melakukan home visite bersama tenaga kesehatan lain. Dunia farmasi di Algeria banyak menekankan studi  pharmacovigilance, dimana kosakata itu baru saya dengar dari teman-teman Algerian. Di beberapa negara, pendidikan farmasi cukup dengan 4 tahun, sedangkan pada negara lain ada yang sampai 6 tahun. Ada pula negara yang membolehkan farmasis melakukan vaksinasi, dimana di Indonesia tidak, dan banyak lagi informasi lainnya.

Pembelajaran, bukan hanya ketika kita berstatus pelajar atau mahasiswa, tetapi juga ketika kita telah menyandang gelar sebagai seorang apoteker. APPS telah menyadarkan saya bahwa banyak sekali bab ilmu yang belum saya pelajari. Merasa tertampar karena tak kenal dengan satu nama obat yang ditanyakan pembicara di sesi konseling pasien. Termotivasi untuk terus-menerus belajar dan memperluas wawasan. Semoga bukan hanya saya yang termotivasi, tapi kita semua, untuk mewujudkan Indonesia yang sehat.

Viva la pharmacie!


#artikel APPS untuk ISMAFARSI #2013 #delegasi Indonesia #Asia Pasific Pharmaceutical Symposium

Tidak ada komentar:

Posting Komentar