Kamis, 29 Maret 2012

Kebijaksanaan dan uang(1)

Bismillahirrahmaanirrahiim..

sebenarnya entri ini mau diberi judul pernikahan dan perkuliahan,,tapi karena takut ambigu...beginilah....

Saat-saat ini, keluarga sedang sibuk dengan perencanaan pernikahan kakak perempuan saya. Ini adalah pernikahan ketiga di keluarga. Setiap pernikahan, kakak yang menikah pastilah ribut tentang budget nikah yang sangat amat besar. Dana yang dikeluarkan untuk menikah satu hari bisa untuk beli rumah, investasi masa depan dan untuk keluarga barunya. Hfff,,, mengapa tidak akad saja dengan resepsi sederhana di rumah? Pasti kami, anak-anak berpikir seperti itu. tapi ayah selalu keukeuh untuk tetap mengadakan resepsi yang “layak” dan mengundang banyak sekali kerabat dan teman... dan anggaran konsumsi memang paling mahal. Jika 500 undangn disebar, setidaknya ada 1500 orang yang datang, dengan catatan orang yang diundang membawa setdaknya istri dan 1 anaknya....

Yang membuat sedih calon pengantin adalah perbedaan dunia saat menikah dan setelah hari H perkawinan. Jika menikah di gedung yang superb dengan dekorasi mewah dan menghabiskan uang banyak, pengantin baru ini belum tentu punya semewah itu kehidupannya. Pengantin baru biasanya akan tinggal memisah dan mulai mengontrak. Uang yg dipersiapkan untuk kehidupan berumah tangga bayak terserap di pernikahan... dan harus mulai lagi mentapaki tangga kehidupan baru... lalu???

Dan akhirnya selalu hati yang risau yang dialami para kakak saya... mengapa uang sebesar ini ga ayah berikan saja sebagai modal? Mengapa harus sesusah ini hanya untuk menikah? Anak pertama okelah,,tapi anak ketiga apakah harus dirayakan juga?

Saya pun cukup terdoktrinasi dengan hal ini. Bertekad kelak saat menikah, tidak usah yang merepotkanlah...sederhana saja.. tapi ternyata ada hal yang membuat saya terenyuh... dan kembali berpikir...
Minggu kemarin, salah satu teteh mentor saya menikah, cukup besar. Bagian ikhwan-akhwat dipisah, jadi ada dua pelaminan. Dekorasi tempat juga cukup cantik, dengan adanya tenda dan kesan menyatu dengan alam... refleks saya menyeletuk, “habis berapa ya untuk menikah seperti ini???hhh”. Subhanallahnya, teman saya menanggapi dengan kalimat yang membuat saya mereset ulang pikiran tentang mahalnya pernikahan...
       “Iya ki, memang mahal.. tapi semua ini kan dilakukan untuk sebaik mungkin menjamu tamu. Jadi ya yang terbaik yang dilakukan.”

Iya ya... bijaksana sekali pikirannya... walaupun sebesar itu nominalnya, kebhagiaan dan doa dari para kerabat dan tamu yang datang pasti lebih bermakna dan berharga... saat pernikahan adalah saat paling bahagia, lalu apa salahnya untuk berbagi kebahagiaan tersebut, menjamu dengan hal yang terbaik yang dapat kita usahakan... pasti ayah juga berpikir begitu..

Subhanallah ya kalau kita mau terus belajar mencari hikmah, dan melihat dari berbagai sudut pandang sebuah peristiwa...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar