Karena tugas kita sebagai manusia yang sedang tumbuh untuk menentukan kompetensi dan nilai yang kita perjuangkan bukanlah untuk menghindari masalah, akan tetapi untuk tampil memantaskan diri kita akan masalah-masalah yang pasti akan datang kepada seorang anak manusia. yang tingkatan masalahnya akan sesuai dengan kualitas diri.
Permasalahan sesungguhnya adalah ketika masalah yang menghadapi diri kita tdak pernah bertambah, yang menandakan bisa jadi kualitas pribadi kita juga tidak bertambah.
Maka berbahagialah bagi mereka yang telah dipilih olehNya untuk diberikan kesempatan, merasakan masalah sebagai bagian penting dari Proses Peningkatan Diri nya.:)
-Anjar Dimara-
kalau saya boleh menambahkan...
Apakah masalah yang kita pikirkan sekarang, yang membuat kita mumet, itu benar-benar masalah?
atau itu hadiah dari Allah untuk membuat kita semakin tangguh?
hadiah agar kita dapat semakin dekat dengan-Nya?
maka,,, "masalah" adalah persepsi masing-masing diri kita...
Apakah ia akan menjadi beban yang memberatkan,
atau menjadi tangga yang mengantarkanmu ke ridho-Nya... yang kita jalani dengan hati terpanggil, perasaan ringan dan tenang, dibalut syukur dan sabar....
Berbahagialah! (>.<)/
Senin, 17 Desember 2012
2013 : dicintai Allah
"Lakukan amal sesuai dengan kemampuanmu,
karena sesungguhnya Allah tidak pernah bosan sampai kamu sendiri merasa bosan.
Sesungguhnya amalan yang disukai Allah adalah yang dilakukan secara rutin walaupun sedikit."
(HR. Bukhari Muslim)
menuju 2013,,,
menyiapkan diri menjadi insan yang semakin disukai Allah...
"amalan apa yang kamu siapkan?"
karena sesungguhnya Allah tidak pernah bosan sampai kamu sendiri merasa bosan.
Sesungguhnya amalan yang disukai Allah adalah yang dilakukan secara rutin walaupun sedikit."
(HR. Bukhari Muslim)
menuju 2013,,,
menyiapkan diri menjadi insan yang semakin disukai Allah...
"amalan apa yang kamu siapkan?"
(bukan) Andai Surga itu Manis
andai perjuangan ini mudah, pasti banyak yang menyertainya.
andai perjuangan ini singkat, pasti banyak yang istiqomah diatasnya.
andai menjanjikan manisnya dunia, pasti banyak yang tertarik padanya
tapi tak begitu adanya, kadang...
Turun-Naik!
Sakit-Sehat!
Pedih-Nikmat!
maka,,,
andai terjatuh, bangkitlah kembali.
andai terluka, sabarlah dan berharpa pahala berlipat
andai lelah dan lemah, ingatlah firdaus yang menanti dan saat perjumpaan dengan-Nya
tahukah mengapa perjuangan sepertinya pahit?
karena SURGA itu MANIS....
-sms nasihat dari teteh-
andai perjuangan ini singkat, pasti banyak yang istiqomah diatasnya.
andai menjanjikan manisnya dunia, pasti banyak yang tertarik padanya
tapi tak begitu adanya, kadang...
Turun-Naik!
Sakit-Sehat!
Pedih-Nikmat!
maka,,,
andai terjatuh, bangkitlah kembali.
andai terluka, sabarlah dan berharpa pahala berlipat
andai lelah dan lemah, ingatlah firdaus yang menanti dan saat perjumpaan dengan-Nya
tahukah mengapa perjuangan sepertinya pahit?
karena SURGA itu MANIS....
-sms nasihat dari teteh-
Senin, 10 Desember 2012
Sholatlah Sebelum Nyasar
sabtu, 1 desember 2012
Adzan ashar mulai terdengar, masih sayup-sayup di kejauhan sana...
aku melenggang dari walimah sepasang pembina di KPAD, Geger Kalong, berniat menuju tempat daurah yang tak jauh dari situ. aku telah berbekal sms rute angkot dari panitia, maka dengan mantap aku melangkah.
"Mau sholat dulu ki?" tanya seorang teteh yang berjalan bersamaku menuju jalan raya.
"Tempatnya dekat ko teh. Disana aja", mengingat pakaianku yang sudah mulai lengket dan raga yang terkuras, rasanya ingin cepat-cepat sampai ke tempat daurah.
Jadilah saya langsung naik angkot yang seperti tercantum pada sms, angkot kuning. Sebelum naik, saya memastikan bahwa angkot tersebut akan mengantar ke tempat tujuan. "iya neng ke Ecopesantren, tapi dua kali naiknya". oh, yasudahlah. Di sms, angkot kuning ini angkot terakhir yang harus saya naiki. Mungkin teteh panitia lupa menambah angkot selanjutnya... dan saya pun dibawa pergi...
"teh, itu naik angkot yang biru bwt ke ecopesantren", ucap mamang angkotnya, menurunkan saya disebuah pertigaan, yang saya tidak tahu letak pastinya dimana.
5 menit, 15 menit,,,,, angkot biru itu ngetem. dan akhirnya jalan juga. Mamang angkot biru ini menjawab dengan yakin kalau angkot ini akan lewat ecopesantren. Tidak ada angkot lain selain itu, saya pasrah. 10 menit, 20 menit,,, jauh sekali ya ecopesantren itu... angkot sudah lewat perkampungan, sawah-sawah, lembah,,, ko belum nyampe-nyampe... perasaan saya mulai ga tenang. "Punten teh, tau ecopesantren dimana?", tanya saya ke salah satu penumpang. Dan jawabannya adalah gelengan kepala.
"A, ecopesantren ya jangan lupa", penegasan saya ke tukang angkot akhirnya.
"Iya, di bawah eta mah".
dan akhirnya setelah sekitar 1 jam lebih, saya penumpang terakhir yang turun. Di sebuah perempatan, yang terlihat kota. Perasaan saya makin ga enak, khawatir... Ecopesantrennya dimana???? Penunjuk dari mamang angkot malah menyuruh saya masuk ke sebuah gang, yang ternyata saya dapati perumahan kumuh. Keahlian bertanya saya pun ternyata tidak cukup menenangkan, karena jawaban seorang pedagang yang sedang lewat malah terlihat semakin menyesatkan, "Oh, itu teh,,, ini lurus, terus ke kanan, terus ke kiri", yang jika anda tahu, itu adalah gang-gang sempit yang berakhir di sebuah gang buntu--keliatannya, karena akhirnya saya menyerah di belokan kedua.
"Teh, mau kemana?", tanya seorang ibu, melihat saya kebingungan.
"Ecopesantren DT teh. Ini di Parongpong bukan ya?", pertanyaan yang bisa saya jawab sendiri sebenarnya, karena dalam langkah selanjutnya, saya melihat jalan layang di depan saya. Tentunya di Parongpong tidak ada jalan layang...
"Ini mah bukan Ecopesantren teh. Ini Jalan Pesantren, di Cibabat, Cimahi", lanjut ia sedikit tersenyum-mungkin untuk menghibur- lalu pergi.
CIMAHIIII??????
Refleks saya langsung menelepon kakak laki-laki saya yang rumahnya di cimahi, saya mau minta diantar saja. "Gue lagi di Cirebon ki. Di jalan pesantren mah banyak ojek kan? Coba tanya aja sama tukang ojek." Alright, gue tanya ke tukang ojek. Arahan selanjutnya dari tukang ojek : naik angkot ijo sampai perempatan cihanjuang, lalu naik angkot ungu ke parongpong. ok, capcus, langsung saya kerjakan.
Sampai di perempatan cihanjuang, saya dengan gesit mencari angkot ungu yang sudah mau jalan, ga ngetem2 lg.
"Pak, Parongpong?", "Iya neng, ayo ayo", "Jalan langsung? Lewat EcoPesantren?", "Iyaa,ayo naik", "Ecopesantren DT pak! yakin lewat sana pak?!", penegasan berulang-ulang saya katakan, jangan sampai saya nyasar lagi. sudah terlalu banyak waktu terbuang, dan badan saya sudah sangat letih saat itu.
"Ecopesantren...?", Bapaknya mikir dan akhirnya menjawab dengan ragu-ragu kalau sepertinya angkotnya tidak melewati lokasi itu.
Lemas. Kembali saya mencoba bertanya ke tukang ojek sekitar(berbeda lokasi dengan yang sebelumnya). Menyedihkan, jawaban tukang ojek ini beda lagi dengan sebelumnya. Perlu dua kali angkot lagi. hahahahaha. dua angkot lagi???? sepertinya "dua agkot" menjadi tidak pernah usai...
Bendungan perasaan akhirnya jebol, airmata mengalir,,, terisak-isak saya mencoba berdiskusi dan mencoba sms panitia kalau saya nyasar.
"Naek ojek aja atuh neng", tawar mereka. "Uang saya ga cukup....", air mata kian merembes. Saya minta diizinkan duduk. Melihat jam HP, sudah sekitar jam 5.... waktu berlalu cepat, sia-sia
"Jadi,,, eneng sekarang mau kemana?", tanya seorang bapak ojek dengan nada bijak.
"Saya mau sholat Pak... saya belum sholat...", masih terisak...
saya pun diantar ke masjid terdekat. ya, diantar,,, takut-takut saya nyasar lagi...
Di masjid, tangisan saya menjadi-jadi. Sudah bertahun-tahun saya ga menangis sehebat ini. Setelah menelepon teteh di Bandung dan menenangkan diri dengan sholat,,, saya memutuskan untuk pulang saja ke rumah. Mungkin memang seharusnya saya menemani ibu di rumah. Sudah terlalu larut untuk menantang diri lagi pergi ke Parongpong....
sweetest thing... hikmah hari ini : Sholatlah sebelum nyasar... (>,<)
(Allah punya cara-cara terbaiknya untuk meluruskan kita...)
-rizkiarashi-
Adzan ashar mulai terdengar, masih sayup-sayup di kejauhan sana...
aku melenggang dari walimah sepasang pembina di KPAD, Geger Kalong, berniat menuju tempat daurah yang tak jauh dari situ. aku telah berbekal sms rute angkot dari panitia, maka dengan mantap aku melangkah.
"Mau sholat dulu ki?" tanya seorang teteh yang berjalan bersamaku menuju jalan raya.
"Tempatnya dekat ko teh. Disana aja", mengingat pakaianku yang sudah mulai lengket dan raga yang terkuras, rasanya ingin cepat-cepat sampai ke tempat daurah.
Jadilah saya langsung naik angkot yang seperti tercantum pada sms, angkot kuning. Sebelum naik, saya memastikan bahwa angkot tersebut akan mengantar ke tempat tujuan. "iya neng ke Ecopesantren, tapi dua kali naiknya". oh, yasudahlah. Di sms, angkot kuning ini angkot terakhir yang harus saya naiki. Mungkin teteh panitia lupa menambah angkot selanjutnya... dan saya pun dibawa pergi...
"teh, itu naik angkot yang biru bwt ke ecopesantren", ucap mamang angkotnya, menurunkan saya disebuah pertigaan, yang saya tidak tahu letak pastinya dimana.
5 menit, 15 menit,,,,, angkot biru itu ngetem. dan akhirnya jalan juga. Mamang angkot biru ini menjawab dengan yakin kalau angkot ini akan lewat ecopesantren. Tidak ada angkot lain selain itu, saya pasrah. 10 menit, 20 menit,,, jauh sekali ya ecopesantren itu... angkot sudah lewat perkampungan, sawah-sawah, lembah,,, ko belum nyampe-nyampe... perasaan saya mulai ga tenang. "Punten teh, tau ecopesantren dimana?", tanya saya ke salah satu penumpang. Dan jawabannya adalah gelengan kepala.
"A, ecopesantren ya jangan lupa", penegasan saya ke tukang angkot akhirnya.
"Iya, di bawah eta mah".
dan akhirnya setelah sekitar 1 jam lebih, saya penumpang terakhir yang turun. Di sebuah perempatan, yang terlihat kota. Perasaan saya makin ga enak, khawatir... Ecopesantrennya dimana???? Penunjuk dari mamang angkot malah menyuruh saya masuk ke sebuah gang, yang ternyata saya dapati perumahan kumuh. Keahlian bertanya saya pun ternyata tidak cukup menenangkan, karena jawaban seorang pedagang yang sedang lewat malah terlihat semakin menyesatkan, "Oh, itu teh,,, ini lurus, terus ke kanan, terus ke kiri", yang jika anda tahu, itu adalah gang-gang sempit yang berakhir di sebuah gang buntu--keliatannya, karena akhirnya saya menyerah di belokan kedua.
"Teh, mau kemana?", tanya seorang ibu, melihat saya kebingungan.
"Ecopesantren DT teh. Ini di Parongpong bukan ya?", pertanyaan yang bisa saya jawab sendiri sebenarnya, karena dalam langkah selanjutnya, saya melihat jalan layang di depan saya. Tentunya di Parongpong tidak ada jalan layang...
"Ini mah bukan Ecopesantren teh. Ini Jalan Pesantren, di Cibabat, Cimahi", lanjut ia sedikit tersenyum-mungkin untuk menghibur- lalu pergi.
CIMAHIIII??????
Refleks saya langsung menelepon kakak laki-laki saya yang rumahnya di cimahi, saya mau minta diantar saja. "Gue lagi di Cirebon ki. Di jalan pesantren mah banyak ojek kan? Coba tanya aja sama tukang ojek." Alright, gue tanya ke tukang ojek. Arahan selanjutnya dari tukang ojek : naik angkot ijo sampai perempatan cihanjuang, lalu naik angkot ungu ke parongpong. ok, capcus, langsung saya kerjakan.
Sampai di perempatan cihanjuang, saya dengan gesit mencari angkot ungu yang sudah mau jalan, ga ngetem2 lg.
"Pak, Parongpong?", "Iya neng, ayo ayo", "Jalan langsung? Lewat EcoPesantren?", "Iyaa,ayo naik", "Ecopesantren DT pak! yakin lewat sana pak?!", penegasan berulang-ulang saya katakan, jangan sampai saya nyasar lagi. sudah terlalu banyak waktu terbuang, dan badan saya sudah sangat letih saat itu.
"Ecopesantren...?", Bapaknya mikir dan akhirnya menjawab dengan ragu-ragu kalau sepertinya angkotnya tidak melewati lokasi itu.
Lemas. Kembali saya mencoba bertanya ke tukang ojek sekitar(berbeda lokasi dengan yang sebelumnya). Menyedihkan, jawaban tukang ojek ini beda lagi dengan sebelumnya. Perlu dua kali angkot lagi. hahahahaha. dua angkot lagi???? sepertinya "dua agkot" menjadi tidak pernah usai...
Bendungan perasaan akhirnya jebol, airmata mengalir,,, terisak-isak saya mencoba berdiskusi dan mencoba sms panitia kalau saya nyasar.
"Naek ojek aja atuh neng", tawar mereka. "Uang saya ga cukup....", air mata kian merembes. Saya minta diizinkan duduk. Melihat jam HP, sudah sekitar jam 5.... waktu berlalu cepat, sia-sia
"Jadi,,, eneng sekarang mau kemana?", tanya seorang bapak ojek dengan nada bijak.
"Saya mau sholat Pak... saya belum sholat...", masih terisak...
saya pun diantar ke masjid terdekat. ya, diantar,,, takut-takut saya nyasar lagi...
Di masjid, tangisan saya menjadi-jadi. Sudah bertahun-tahun saya ga menangis sehebat ini. Setelah menelepon teteh di Bandung dan menenangkan diri dengan sholat,,, saya memutuskan untuk pulang saja ke rumah. Mungkin memang seharusnya saya menemani ibu di rumah. Sudah terlalu larut untuk menantang diri lagi pergi ke Parongpong....
sweetest thing... hikmah hari ini : Sholatlah sebelum nyasar... (>,<)
(Allah punya cara-cara terbaiknya untuk meluruskan kita...)
-rizkiarashi-
Mad Far'i
Mad Far’i
(PSPQ 8 des 2012)
Mad far’i adalah temannya mad asli. Hukum mad setidaknya
dibagi dua, yaitu mad asli dan mad far’i. Nah, mad far’i itu terjadi dengan 3
BILA....
Langsung aja ya nyanyiannya... pake lagu lihat kebunku...
dengan ketukan nada yang sama pada ‘Lihaat kebunku,...” dengan “Bilaaa Mad
Asli,...”... mainkan
“Bila Mad Asli, bertemu alif
hamzah, dibaca empat, enaam harakat...
Bila Mad Asli, bertemu taydid
sukun, dibacanya, enam harakat...
Bila Mad Asli, bertemu yang
disukunkan, dibaca dua, empat enam harakat...”
1.
Bila pertama adalah mad wajib muttasil atau jaiz
munfasil. Contohnya : Jaaaa-a.
2.
Bila kedua adalah mad harfi/kilmi-mutsaqqal/mukhaffaf.
Contohnya : waladhdhaaaalliin.
3.
Bila ketiga adalah mad aridh lissukun. Contohnya
: bismillaahirrahmaanirrahiiiim
Untuk gerakan tangannya,,,
-
4 harakat : hitung mulai dari jempol/telunjuk ke
jari selanjutnya : 1,2,3 lalu ke-4 nya tutup(jempol dan telunjuk bersatu, kaya
gaya “ok!”)
-
5 atau 6 harakat : mirip sama 4 harakat, tinggal
tambah aja ngitungnya, baru nutup di harakat ke-5 atau ke-6..
Sipooo... jayyid jiddan! ^^
Langganan:
Postingan (Atom)